Pondok Pesantren Al Hadi

Al-Qur’an merupakan kitab suci agama Islam. Kitab ini merupakan risalah Allah untuk seluruh umat manusia.

Al-Qur’an juga dijadikan sebagai pedoman berkehidupan. Di dalamnya terdapat bimbingan kepada kebaikan, perintah juga larangan, kabar gembira dan peringatan, serta ajakan menyembah Allah semata.

Kitab suci ini diturunkan kepada nabi dan rasul terakhir, yakni Nabi Muhammad SAW secara mutawatir atau bertahap mengiringi perkembangan dan kemajuan berpikir manusia. Cara ini juga menghindari Al-Qur’an dari penyimpangan dan perubahan.

Senada dengan hal tersebut, Abdul Hamid, Lc., M.A melalui Pengantar Studi Al-Qur’an juga menyebut Al-Qur’an bagi kaum muslimin adalah kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Jilbril a.s selama kurang lebih dua puluh tiga tahun.

Kitab suci ini memiliki kekuatan yang luar biasa yang berada di luar kemampuan seluruh makhluk Allah SWT. Meskipun Al-Qur’an diwahyukan dalam bahasa Arab, orang Arab sendiri tak mampu untuk membuat rangkaian kata indah nan berkesinambungan seperti Al-Qur’an. Itu membuktikan bahwa Allah benar-benar menjaga dan memelihara Al-Qur’an dari campur tangan manusia.

Allah dalam firmannya Surah Al-Hijr ayat 9 memberi jaminan mengenai kesucian dan kemurnian Al-Qur’an.

اِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَاِنَّا لَهٗ لَحٰفِظُوْنَ

Arab Latin: Innā naḥnu nazzalnaż-żikra wa innā lahụ laḥāfiẓụn.

Artinya: “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya.”

Pengertian Al-Qur’an

Dikutip dari buku yang sama, Subhi as-Salih mendefinisikan Al-Qur’an ditulis pada mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir, membacanya termasuk ibadah.

Wahbah Az-Zuhaily dari kalangan ahli fikih memberi pengertian dari kata Al-Qur’an:

كلام الله المعجز المنزل على محمد صلى الله عليه وسلم، باللفظ العربي، المكتوب بالمصاحف، المتعبد بتلاوته، المنقول بالتواتر، المبدوء بسورة الفاتحة، المختوم بسورة الناس

Artinya: “Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat, membacanya merupakan ibadah, yang diriwayatkan secara mutawatir, tertulis da lam lembaran-lembaran, dari awal surah al-Fatihah dan berakhir sampai pada surah an-Naas”.

Dalam dari buku Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an oleh Syaikh Mana Al-Qaththan disebutkan, asal kata Al-Qur’an dari bentuk masdar qara’a, yakni qira’ah wa qur’anan. Qara’a memiliki arti mengumpulkan dan menghimpun, sementara qira’ah berarti merangkai huruf-huruf dan kata-kata satu dengan lainnya dalam satu ungkapan kata yang teratur.

Secara khusus, Al-Qur’an menjadi nama bagi sebuah kitab suci yang diturunkan kepada Rasulullah. Maka jadilah sebagai sebuah indentitas diri.

Fungsi Al-Qur’an

Fungsi dari Al-Qur’an tercantum dalam firman Allah Surah Al-Baqarah ayat 185.

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ …

Arab Latin: Syahru ramaḍānallażī unzila fīhil-qur`ānu hudal lin-nāsi wa bayyinātim minal-hudā wal-furqān.

Artinya: Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil).

Dilansir dari buku Tafsir Ayat Ahkam oleh Kadar M. Yusuf, penggalan ayat di atas menjelaskan tiga fungsi Al-Qur’an:
1. Petunjuk bagi Manusia

Pertama, hudan li an-nas (petunjuk bagi manusia). Al-Quran sebagai panduan bagi manusia dalam menjalani kehidupan.

Hidup manusia diibaratkan sebagai suatu perjalanan, yang mana bila mengikuti panduan seperti rambu juga marka jalan, maka ia akan selamat sampai ke tujuan. Sebaliknya, jika manusia melanggar rambu juga marka jalan, maka ia tidak akan selamat sampai ke tujuan.

Manusia harus memahami dan mengetahui tujuan perjalanan hidupnya serta isyarat yang diberikan rambu-rambu itu. Dengan begitu, hidupnya akan mudah, lancar, beraturan hingga selamat.

2. Penjelasan Mengenai Petunjuk Itu

Kedua, bayyinat min al-huda (penjelasan mengenai petunjuk itu). Kitab suci Al-Qur’an bukan hanya memberi panduan bagi manusia, tetapi juga menjelaskan tentang isi panduan tersebut sehingga bisa dipahami oleh umat manusia dengan mudah.

3. Pembeda antara yang Hak dan Batil

Ketiga, al-furqan (pembeda antara yang hak dan yang batil). Al-Quran menjelaskan kepada manusia tentang seperti apa kebenaran dan kebatilan, bagaimana karakteristiknya. Dengan begitu manusia bisa mengikuti yang benar, dan menjauhi yang batil.

Masih dari buku Tafsir Ayat Ahkam, ada fungsi Al-Qur’an lainnya, yakni sebagai obat (asy-syifa) dan rahmat. Sebagaimana dalam Surah Al-Isra’ ayat 82.

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْاٰنِ مَا هُوَ شِفَاۤءٌ وَّرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَۙ وَلَا يَزِيْدُ الظّٰلِمِيْنَ اِلَّا خَسَارًا

Arab Latin: Wa nunazzilu minal-qur`āni mā huwa syifā`uw wa raḥmatul lil-mu`minīna wa lā yazīduẓ-ẓālimīna illā khasārā.

Artinya: “Kami turunkan dari Al-Qur’an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang mukmin, sedangkan bagi orang-orang zalim (Al-Qur’an itu) hanya akan menambah kerugian.”

Al-Qur’an dapat mengobati penyakit yang timbul pada manusia, seperti stres, kegundahan, dan pikiran kacau. Untuk mengobati penyakit seperti yang disebutkan, manusia bukan hanya sekadar membaca, memajang, dan melantunkan ayat-ayatnya.

Tetapi juga perlu memahami Al-Qur’an, mengamalkannya, dan menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman dalam setiap langkah kehidupan yang diputuskan.

Pengobatan Al-Qur’an diarahkan terhadap hati (syifa’ limâ fî ash-shudûr), karena hati adalah sumber segala perbuatan manusia, baik perbuatan jahat maupun perbuatan terpuji. Al-Qur’an diturunkan oleh Allah kepada manusia untuk mengobati penyakit-penyakit tersebut.

Courtesy : detik.com/detik/